Selasa, 08 Januari 2013

kesejukan wonosobo

narsis dulu aah



wonosobo kota yang sejuk

Wonosobo terletak pada ketinggian 772 meter atau 2.316 kaki diatas permukaan laut. Keberadaannya dikelilingi oleh barisan gunung, antara lain Gunung Sindoro dan Sumbing yang merupakan pintu masuk alam menuju Wonosobo pada sisi timur.

Kota yang terletak sekitar 119 km disebelah barat daya kota Semarang ini, memiliki iklim yang sejuk dengan temperatur rata-rata 25 derajat Celsius. Suhu tersebut bisa turun hingga 12-15 derajat Celsius pada bulan Juli atau Agustus.

Nama kota Wonosobo sendiri berasal dari dua suku kata dalam bahasa Jawa, yaitu wono yang berarti hutan atau tempat istirahat di pedesaan dan sobo berarti untuk dikunjungi. Jadi Wonosobo bisa diartikan sebagai tempat istirahat di pedesaan yang menarik orang untuk datang dan berkunjung.


Dieng terletak 26 km dari Wonosobo arah utara dengan ketinggian mencapai 6000 kaki atau 2.093 m di atas permukaan laut. Ini menyebabkan suhunya sejuk bahkan bisa dibilang cukup dingin. Temperatur berkisar antara 15-20 derajat Celsius pada siang hari dan mencapai 10 derajat Celsius pada malam hari bahkan bisa menyentuh 0 derajat Celsius dengan titik-titik beku di pagi hari.

Penduduk Dieng menyebutnya dengan bun upas yang berarti embun beracun karena embun ini dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman kentang yang mereka tanam. Kentang merupakan tanaman utama di area ini.

Nama Dieng menurut legenda berasal dari bahasa Jawa yaitu adi yang berarti indah dan aeng yang berarti menakjubkan. Jadi kita bsa mengartikan bahwa Dieng adalah dataran tinggi yang indah dan menakjubkan.

Pada dataran tinggi ini anda dapat menyaksikan candi-candi Hindu yang merupakan ekspresi dari kebudayaan Hindu-Jawa pada masa itu. Awalnya ada 19 buah candi namun setelah berabad-abad seiring berjalannya waktu, 11 dari 19 candi itu rusak. Saat ini tinggal tersisa 8 buah candi. Candi-candi tersebut dibangun pada permulaan abad VII dan XIII.

Begitu anda memasuki kawasan ini, anda akan langsung melihat lima buah candi yang berdiri tegak di tanah datar. Candi candi tersebut dinamakan menurut karakter-karakter terkenal dalam cerita Mahabrata dan cerita wayang. Nama-nama itu adalah Semar, Arjuna, Srikandi, Sembodro dan Puntadewa. Berdasarkan namanya kompleks candi ini dikenal sebagai Candi Pendawa Lima.

Bagaimana dengan tiga candi yang lainnya? Mereka berdiri terpisah dari lima bangunan candi Pendawa Lima. Candi-candi itu adalah Candi Gatotkaca, Bima dan Dwarawati.


Selain candi-candi tersebut, anda juga bisa menyaksikan kawah berbentuk lingkaran akibat gunung berapi, salah satu keajaiban alam yang terletak di dataran tinggi ini. Pengunjung dapat menyaksikan gelembung-gelembung air dan lumpur panas pada kawah serta asap putih dari uap belerang yang menyebabkan bau tajam menusuk hidung dari jarak sangat dekat. Orang-orang Dieng menamakan kawah ini Sikidang atau sang kijang karena gelembung-gelembung yang keluar dari kawah ini mirip seperti kijang yang sedang bermain-main.


Sekitar 400 meter arah selatan dari persimpangan jalan menuju dataran tinggi Dieng terdapat sebuah danau yang dinamakan Telaga Warna. Danau yang terbentuk pada bekas kawah ini seperti memiliki berbagai macam Warna yang sebenarnya merupakan pantulan dari kandungan mineral dan belerang pada dasar telaganya.


Merupakan goa batu yang sebenarnya ruangan hasil gabungan dari bentuk-bentuk batu di bawah tanah sepanjang beberapa meter. Keadaan tersebut membuat orang-orang di sekitar Dieng menyebut tempat ini goa dan menamakannya Semar, figur dalam cerita pewayangan yang dikagumi oleh orang Jawa karena karakternya yang hebat. Goa ini biasanya digunakan orang sebagai tempat untuk bermeditasi.


Sebenarnya tempat ini merupakan sebuah sumber mata air. Orang percaya bahwa air dari mata air ini memiliki kandungan spesial yang dapat membuat orang awet muda. Menurut legenda, pada suatu waktu ada seorang bidadari cantik yang mandi di sumber mata air ini. Tanpa sepengetahuannya, seorang pria bernama Bima mengawasi setiap gerakannya. Bima begitu terkagum-kagum hingga tidak sengaja bergumam Siroayu yang artinya wanita yang sangat cantik. Oleh karena itu orang-orang menjadi percaya bahwa siapapun yang mandi atau membasuh mukanya dengan air danau ini, dia akan selalu awet muda.


Ini merupakan sumber mata air panas alami dengan suhu yang pas dan air yang mengandung belerang dengan khasiat menyembuhkan penyakit kulit. Selain itu air ini juga bisa meredakan segala kelelahan setelah berjalan jauh atau perjalanan yang melelahkan. Tempat ini terletak 3 km arah utara kota Wonosobo. Untuk menuju ke sana, anda bisa naik delman dengan biaya yang terjangkau agar dapat menikmati pemandangan yang indah selama perjalanan.


Dieng tidak hanya terkenal dengan keindahan alamnya saja, tapi juga dikenal karena rambut gembel. Rambut Gembel merupakan keadaan dimana rambut dalam kondisi sangat kusut yang ditemukan pada anak-anak berusia di bawah 7 tahun di kawasan Dieng. Kesannya seperti rambut kotor yang tidak pernah dikeramas.

Orang-orang Dieng memiliki kepercayaan yang kuat tentang keberadaan dari penguasa supernatural yang menurut mereka memiliki kekuatan pada kehidupan mereka. Mereka menyebut orang itu Kyai (pemimpin religius) Kolodete.

Menurut kisah, Kyai Kolodete menghadapi masalah dengan rambut kusutnya hingga suatu hari beliau berkata pada anak cucunya "Aku merasa rambut gembel ini selalu menyebabkan masalah, aku tak dapat mengatasinya lebih lama lagi. Jadi aku terpaksa harus mewariskannya kepada kalian semua. Bantulah aku, wahai anak cucuku!" Dari sinilah cerita itu berawal.


Anak laki-laki atau anak perempuan pada hampir setiap rumah di Dieng menderita karena rambut kusut ini. Menurut mereka, rambut itu akan berhenti tumbuh hanya setelah dipotong melalui ritual pemotongan Rambut Gembel berdasarkan permintaan si anak.



sekian dulu postingan dimas lain waktu sambung lagi.
narsis lagi hehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar